Senin, 18 April 2016

Dear Suami Sholih..

Dear suami sholih, ini adalah tulisan pertamaku setelah menikah denganmu.. Semoga engkau berkenan istrimu ini mengungkapkan sedikit saja apa yg kurasakan atas nikmat-Nya yg begitu besar dari pernikahan kita.. :)

Bismillah..

Hari Minggu lalu, genap 3 pekan kita menikah.. Dan selasa esok, tepat 1 pekan kita berpisah.. Allah selalu punya cara terbaik dalam mentarbiyah hamba-Nya, termasuk diri-diri kita yg penuh kelemahan ini..benar kan? Mungkin jarak dan waktu yg terbentang di antara kita saat ini adalah bagian dari proses tarbiyah yg masih harus kita jalani..
Ahh sayang, tolong ingatkan aku untuk senantiasa bersabar..

Setiap waktu yg ku lalui sejak akad itu, senantiasa dipenuhi rasa syukur yg tak terhingga..syukur atas karunia Allah yg menjadikanmu sbg jodohku di dunia, dan aku sungguh berharap kitapun berjodoh hingga ke syurga..

Dear suami sholih, kau pernah bertanya apa yg membuatku mau menerimamu sbg suamiku..
Kau tau sayang, agama dan akhlakmu lah yg telah membuatku terpesona hingga tak ada lagi yg menghalangiku untuk mengatakan "iya"..

Semua bertanya heran tentang awal perkenalan kita, bagaimana 2 orang yg berbeda pulau, berbeda latar belakang keluarga, pendidikan, dan pekerjaan kemudian bisa bertemu dan merasa yakin untuk menikah..

Aku selalu tersenyum menanggapi keheranan mereka, bukankah kisah kita adalah salah satu tanda bahwa Allah Maha Segala.. Tidak ada yg tak mungkin bagi-Nya.. Bagaimanapun, jodoh pasti akan saling mendekat, kemudian bertemu, dan mengenali diri masing-masing hingga merasa yakin bahwa "ya, memang dia orangnya"..
Mereka tak memahami, bahwa ruh-ruh kita telah saling mengenal jauh sebelum kita lahir ke dunia..

Begitulah, jauh sebelum kita bertemu, aku telah memulai istikharah ku demi memantapkan hati untuk menikah, dg siapapun yg Allah pilihkan untukku. Kemudian sekian tahun berlalu, dan akhirnya 17 des 2015 profil biodatamu masuk ke emailku.. Allah memilihkan jalan yg indah untuk kita bertemu, in syaa Allah di jalan dakwah yg penuh barokah ini, didampingi orang2 sholeh yg membantu menjaga proses kita agar tetap terjaga dari hal2 yg mengurangi kebarokahannya.. Masyaa Allah.. Kau tau sayang, aku merasa tenang saat membaca profilmu, merasa yakin untuk melanjutkan perkenalan didampingi orang2 yg kita anggap dapat dipercaya utk membersamai proses kita.. Dan lalu semua begitu mudah.. Keluarga merestui, kau dan keluarga dtg melamar 31 januari 2016, tanggal akad nikah ditentukan 27 maret 2016, persiapan dilakukan selama kurang lebih 2 bulan. Dan lalu bertemulah kita di sebuah akad yg sakral itu..

Kau ingat, kita hanya 2x bertemu sebelum akad nikah, satu kali saat khitbah dan satu kali saat penataran di kua.. Alhamdulillah, sungguh aku bersyukur Allah sangat menjaga kita..  Semoga barokah-Nya senantiasa tercurah untuk rumah tangga kita ya sayang..

Seperti apa sosokmu di mataku?
Lelaki sholih yg begitu lembut dan sabar.. Begitu baik dan santun.. Selalu ingin memberikan yg terbaik untuk org2 di sekelilingnya..

Ahh sayang kau membuatku sangat beruntung menjadi istri lelaki sepertimu..

Pasti ada rencana Allah yg mempertemukan kita, dua org dg latar belakang dan karakter berbeda.. Mari sama-sama kita belajar, saling memperbaiki, saling menguatkan, saling mengangkat setinggi-tingginya potensi kebaikan.. Hingga rumah tangga kita mencapai tempat tertinggi di syurga-Nya.. Aamiin aamiin aamiin ya Rabbal 'alaamiin..

Samarinda, 180416..

Istrimu,
-Lia-

Kamis, 18 Februari 2016

Quote "di Jalan Dakwah Aku Menikah"

"pernikahan berarti mempertemukan kepentingan-kepentingan dan bukan mempertentangkannya.

Pernikahan di jalan dakwah tidak hanya disebabkan oleh karena bertemunya dua aktivis dakwah, lelaki dan perempuan, dalam mahligai pernikahan, akan tetapi bahwa anda memiliki orientasi yang kuat dan benar sejak dari awalnya akan menuntun anda melaksanakan pernikahan di jalan yang benar tersebut.

pernikahan akan bernilai dakwah apabila dijalankan sesuai tuntunan islam di satu sisi dan menimbang berbagai kemaslahatan dakwah dalam setiap langkahnya pada sisi yang lain.

inilah bagian yang sangat urgent dari sebuah pernikahan. Ia bukan saja jalan untuk mendapatkan ketenangan jiwa, menyalurkan potensi fitrah kemanusiaan, mendapatkan keturunan, akan tetapi juga bagian dari penyelesaian permasalahan dakwah, dan yang lebih dari itu semua adalah permulaan pembangunan peradaban.."

(Uzt.Cahyadi Takariawan "Di Jalan Dakwah Aku Menikah")


jadi, apa visi pernikahanmu? ;)